Pasca-gelap, aku mengejutkan saudara tiriku, menanggalkan pakaiannya hingga hanya tersisa jari. Sambil membungkuk, aku melahap kontolnya, memberikan blowjob yang terampil, yang berakhir dengan beban panas. Pertemuan liar dan memuaskan.
Setelah matahari terbenam, malam menjadi taman bermain bagi hasrat yang biasanya terpendam.Aku menyelinap ke kamar saudara tiriku, siap melepaskan sisi liar dari hubungan tabu kami.Cahaya bulan menerangi tubuh pahatnya, dan aku tak kuasa menolak pesona kemaluannya yang sekeras batu itu.Aku berlutut, bibirku dengan semangat membungkus batangnya.Rasa kejantanannya memabukkan, dan aku melahapnya dengan lapar yang tak terkira.Tangannya menjambak rambutku, membimbing kepalaku menaik turunkan panjangnya yang berdenyut-denyut.Rit blowjobku semakin keras, nafasnya memburu dengan setiap hembusan.Dia membalikan tubuhku, menjilati penisnya yang menerobos ke dalam lubang kemaluanku.Dengan gemas dia menjilati klitorisku, aku menjilati ujung jarinya dari belakang, menembus klimaks yang memercipiku, tapi tidak dapat mencapai klimaks kami, dia menggapai klimaks dengan penuh nafsu.Malam yang panas membara memenuhi mulutku, terasa panas membanjiri klimaksku, tapi tak mampu memenuhi liang pantat kami.
